13 April 2023 - BY Admin

Puspaga Prima DIY Lakukan Penyuluhan Pendampingan Remaja dengan tema "Relasi Sehat : Remaja Hebat"

Yogyakarta, DP3AP2 DIY (13/04/2023) – Dalam rangka mewujudkan relasi sehat dan perilaku positif pada remaja, Puspaga Prima DIY menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pendampingan remaja dengan melibatkan guru BK dari berbagai SMA dan SMK di DIY baik negeri maupun swasta sebagai peserta. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan edukasi pada para Guru BK tentang bagaimana memahami dinamika psikologis remaja. Kegiatan penyuluhan yang dihadiri 15 peserta ini dilaksanakan tanggal 13 April 2023 pukul 09.00 – 11.30 di ruang Serang 3 Gedung Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk DIY, dengan pembicara Ibu Oneng Nawaningrum, S.Psi., M.A., Psikolog.

Dijelaskan oleh Oneng Nawaningrum bahwa Fase remaja awal terjadi dalam rentang usia 10-13 tahun. Pada masa ini, anak tumbuh lebih cepat dan mengalami tahap awal pubertas. Secara Psikologis pada fase ini anak mulai sadar mengenai penampilannya sehingga lebih memerhatikan hal tersebut. Ia juga akan mulai merasa memerlukan privasi sehingga membuatnya senang menyendiri dari keluarga. Biasanya, perubahan ini terjadi lebih dulu pada anak perempuan. Selanjutnya, pada masa remaja pertengahan terjadi pada usia 14-17 tahun, umumnya sudah dapat berpikir dengan logika meski kerap didorong oleh perasaannya. Ia juga mulai tertarik dengan hubungan romantis (pacaran). Terkadang, sifat sensitifnya membuat ia lebih banyak bertengkar dengan orangtua. Selain itu, ia juga mungkin lebih senang menghabiskan waktu dengan teman.

Memasuki masa remaja akhir, fisik anak telah sepenuhnya berkembang. Dalam masa ini, perubahan lebih banyak terjadi dalam dirinya. Ia mulai bisa mengendalikan dorongan emosional yang muncul, merencanakan masa depan, dan memikirkan konsekuensi yang akan ia hadapi jika melakukan perbuatan yang tidak baik. Ia juga mulai memahami apa yang diinginkannya dan bisa mengatur diri sendiri, tanpa mengikuti kehendak orang lain. Kestabilan emosi dan kemandirian ini umumnya didapatkan oleh anak pada masa remaja akhir.

Sebagaimana Ibu Oneng juga menjelaskan bahwa untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional, dengan cara: (a) Menceritakan berbagai masalah pribadi dengan orang lain. Remaja terbuka dalam menceritakan berbagai permasalahan dan kesulitan yang sedang dialami, (b) Katarsis Emosi adalah menyalurkan emosi, dengan cara latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis. pada masa remaja, emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan dengan emosi lainnya. Hal ini berkaitan dengan bagian otak yang mana meregulasi emosi masih dalam proses berkembang. Meskipun terkadang remaja melakukan tindakan kekerasan dalam melampiaskan emosi marah, namun mereka berusaha menekan keinginan untuk bertingkah laku seperti itu. Pada dasarnya remaja cenderung mengganti emosi dengan cara yang lebih sopan.

Di akhir sesi, pembicara menyampaikan bahwa saat situasi stres menimbulkan amarah pada remaja, ada beberapa pilihan untuk menanggulanginya. Pertama, Suppression. Dalam hal ini Rasa takut diasosiakan pada figur yang memiliki otoritas untuk meredam emsoi yang dirasakan. Kedua, Open aggression, yang berbentuk pengekspresian dari emosi seperti kritik, sarkasme, bertengkar, berdebat, agresif, sampai berbuat kriminal. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepuasan diri tanpa memikirkan orang lain. Selanjutnya, yg ketiga Assertiveness. Cara ini dapat membantu mengembangkan hubungan antarindivisu karena terdapat proses diskusi antar individu mengenai hal yang tidak menyenangkan dan diselesaikan bersama. Hal ini merupakan tanda dari kedewasaan dan stabilitas. (KN)

Silakan Pilih CS

Pengaduan P2TPAKK
Telekonseling Tesaga
Layanan SAPA 129
Satgas PPA DIY
Tutup
Ada yang bisa kami bantu?