Gunungkidul, DP3AP2 DIY (Mei 2025) — Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama kelompok Desa Prima Wonosari dan Desa Prima Semanu Gunungkidul menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Kepemimpinan Perempuan bertema Kepemimpinan dan Public Speaking. Kegiatan ini menjadi wadah penguatan kapasitas perempuan desa agar semakin percaya diri berperan aktif di ranah publik, sosial, serta pemerintahan desa.
Acara yang diikuti oleh anggota Desa Prima di dua kalurahan yaitu wilayah Wonosari dan semanu, Gunungkidul ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, yakni Nelly Tristiana, seorang praktisi pemberdayaan perempuan yang telah berpengalaman di berbagai instansi pemerintah daerah dan organisasi sosial, serta Indah Ardina, profesional MC, presenter, dan public speaker. serta, acara ini memakai tempat aula kalurahan masing masing sebagai pendukung acara yang bermanfaat ini.
Pada sesi pertama yang bertema ” Dorong Perempuan Ambil Peran Strategis ” , Nelly Tristiana memaparkan pentingnya perempuan memiliki keterampilan kepemimpinan dan keberanian berbicara di depan umum sebagai modal utama dalam berorganisasi, mengambil keputusan, serta menyuarakan kepentingan komunitas. dalam penyampaiannya juga ditunjukkan beberapa tokoh inspiratif gunungkidul yang bisa dijadikan figur contoh untuk pembahasan tema kepemimpinan ini. lalu pada sesi pembinaan, peserta diberikan materi tentang karakter dasar kepemimpinan perempuan, tantangan internal dan eksternal yang dihadapi, hingga strategi praktis membangun keberanian berbicara di forum publik. dan hal yang meliputi penjelasan juga tentang perlunya perempuan dalam pengambil keputusan serta hal terkait yang mempengaruhi kepemimpinan tersebut.Selain itu, beliau menjelaskan potensi otak perempuan berdasarkan pendekatan neuropsikologis, di mana perempuan dikenal memiliki kemampuan multitasking yang tinggi, kecakapan verbal yang baik, kepekaan emosi, serta kemampuan membangun relasi sosial yang kuat. Karakter ini menjadi keunggulan perempuan dalam membina organisasi, menyelesaikan konflik sosial, hingga memimpin komunitas dengan pendekatan humanis dan solutif. Namun, dibalik potensi tersebut, masih terdapat berbagai tantangan yang dihadapi perempuan, mulai dari hambatan internal berupa rasa minder, rendahnya motivasi, hingga dilema antara karir dan keluarga. Sementara dari sisi eksternal, masih banyak stereotip budaya, bias gender dalam regulasi, dan minimnya mentor perempuan di tingkat desa. Karena itu, beliau mendorong peserta agar menyusun strategi pemberdayaan diri melalui pendidikan keterampilan, peningkatan kemandirian ekonomi, serta pemanfaatan teknologi digital untuk membangun jejaring komunitas dan personal branding.
Memasuki sesi kedua, dengan tema “Bangun Kepercayaan Diri Tampil di Depan Publik “ giliran Indah Ardina seorang MC profesional yang sudah berpengalaman dan memiliki jam terbang tinggi dalam membawakan beberapa acara besar pada kesempatan kali ini memberikan pelatihan public speaking yang praktis dan penuh motivasi. Dalam paparannya, Indah menyampaikan bahwa kemampuan berbicara di depan umum bukan sekadar alat promosi usaha, tapi juga sarana memperluas jejaring, mewakili kelompok dalam rapat atau pameran, serta menyuarakan kepentingan komunitas di ruang-ruang publik.
Indah menjelaskan beberapa tantangan umum yang sering dihadapi perempuan, seperti gugup, takut salah, bingung harus bicara apa, hingga kurang percaya diri saat tampil di depan umum. Untuk itu, ia membagikan beberapa tips praktis membangun kepercayaan diri, yaitu mengenali potensi diri, menyiapkan materi dengan baik, sering berlatih, serta tampil dengan bahasa tubuh yang positif.
Dalam sesi tersebut, Indah mengajarkan struktur berbicara sederhana yang mudah diterapkan oleh peserta, mulai dari salam pembuka, perkenalan diri, penyampaian isi pesan, hingga penutup dan ucapan terima kasih. Tidak hanya teori, peserta juga diajak berlatih artikulasi, intonasi, ekspresi wajah, hingga permainan tongue twister agar lebih percaya diri berbicara di hadapan orang banyak.
“Kita tidak harus sempurna untuk mulai, tapi kita harus mulai untuk menjadi lebih percaya diri,” pesan Indah di akhir sesi pelatihan.
Kegiatan ini juga menjadi ruang diskusi bersama mengenai pentingnya keterwakilan perempuan dalam lembaga desa seperti Badan Permusyawaratan Kalurahan (Bamuskal) maupun jabatan lurah. Berdasarkan data tahun 2022, jumlah lurah perempuan di DIY masih di bawah 30%, dan keanggotaan Bamuskal perempuan belum merata di semua desa.
Harapan besar dari kegiatan ini, perempuan di tingkat desa tidak hanya aktif dalam kegiatan sosial, tetapi juga mulai mengambil peran strategis dalam perencanaan dan pengambilan keputusan di wilayahnya masing-masing.
“DP3AP2 DIY berharap perempuan-perempuan di desa bisa percaya diri bicara di depan publik, menyampaikan pendapat, bahkan berani mencalonkan diri sebagai lurah, anggota Bamuskal, atau tokoh masyarakat,” terang perwakilan panitia.
Acara ditutup dengan komitmen bersama peserta untuk membentuk jaringan komunikasi antar perempuan desa, guna saling berbagi informasi, peluang pelatihan, serta saling memberi dukungan moral agar terus semangat berkiprah di ranah publik.