2 Januari 2025 - BY Admin

Menangis Itu Cuma Buat Orang Yang Lemah, Kata Siapa?

Yogyakarta, DP3AP2 DIY (02/01/25) - Menangis merupakan bentuk ekspresi alami yang dikeluarkan oleh manusia untuk meluapkan emosi yang sedang mereka alami, hal tersebut dapat terjadi ketika manusia  sedang berada pada fase kesedihan karena kehilangan suatu hal, frustasi terhadap situasi yang sedang dialami, atau bahkan ketika sedang mengalami hal yang membuatnya sangat bahagia. Hal ini juga didukung oleh pendapat Jonatthan Rottenberg seorang professor dalam bidang psikologi dari University of South Florida yang menekankan bahwa menangis merupakan sebuah respon emosional yang wajar dan penanda penting untuk menunjukkan bahwa seseorang sedang membutuhkan dukungan. Pendapat tersebut diungkapkan pada artikel penelitiannya yang berjudul “Emotional Reactivity to Daily Events in Major and Minor Depression”

 Meluapkan emosi dengan cara menangis dapat memberikan beberapa manfaat bagi kesehatan, antara lain:

1.      Dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang memiiki manfaat untuk membantu tubuh dapat beristirahat dan mencerna dengan baik dalam proses menenangkan diri

2.      Manfaat selanjutnya adalah dapat memberikan ketenangan yang kemudian memunculkan rasa semangat untuk bangkit melanjutkan aktivitas

3.      Menghilangkan rasa sakit atau beban yang dimiliki baik dari segi fisik maupun mental karena sudah meluapkan hal tersebut ketika menangis

4.      Memulihkan diri dari kesedihan, hal ini dapat terjadi karena menangis dapat membantu proses penerimaan ketika seseorang sedang mengalami kehilangan.

5.      Membantu mendapatkan dukungan mental dari orang lain karena menangis merupakan salah satu sinyal bahwa seseorang sedang membutuhkan dukungan akan suatu hal

6.      Menangis dapat memulihkan keseimbangan emosial seseorang, hal tersebut telah diteliti oleh para peneliti dari Yale University.

Meskipun memiliki banyak manfaat, rupanya meluapkan emosi dengan cara menangis masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang yang kemudian memunculkan stigma bahwa seseorang yang menangis dinilai sebagai orang yang lemah, terutama pada seorang laki-laki. Mengutip dari artikel ilmiah berjudul “Anak Laki-laki Tidak Boleh Menangis?: Bias Gender Pengasuhan Anak Usia Dini”  yang terbit pada tahun 2023, hal tersebut dapat terjadi karena masih banyak orang tua di Indonesia yakni sekitar 72.2%  yang masih terpengaruh oleh pola asuh sesuai dengan budaya dan lingkungan sekitar mereka. Pola pengasuhan tersebut yang menjadi penyebab adanya konstruksi gender bahwa menunjukkan emosi dengan cara menangis merupakan hal yang tabu bagi seorang laki-laki.

Mengekspresikan emosi dengan cara menangis memang tidak membuat masalah yang sedang dihadapi langsung terselesaikan. Akan tetapi, dapat meredakan rasa sakit secara mental yang dirasakan ketika sedang menghadapi masalah dan dapat memberikan ketenangan serta membuat pikiran lebih jernih dalam mencari solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Dapat disimpulkan bahwa menangis merupakan respon alami manusia dalam mengekspresikan emosi dan bukan sebagai tanda kelemahan. (Alfi)

References
Lauren M. Bylsma, A. T.-C. (2011). Emotional Reactivity to Daily Events in Major and Minor Depression. Journal of Abnormal Psychology, 155-167.
Yubaedi Siron, S. A. (2023). Anak Laki-laki Tidak Boleh Menangis? : Bias Gender Pengasuhan Anak Usia Dini. Indonesian Journal of Early Childhood Education , 75-94.


Silakan Pilih CS

Pengaduan P2TPAKK
Telekonseling Tesaga
Layanan SAPA 129
Satgas PPA DIY
Tutup
Ada yang bisa kami bantu?