Yogyakarta, DP3AP2 DIY (01/10/2024) - Agar potensi lokal dan sumber daya manusia (SDM) setempat bisa berkembang bersama, diperlukan pendekatan yang inklusif dan berkesinambungan. Bukan hanya satu kelompok kecil yang diuntungkan, melainkan seluruh komunitas setempat yang bisa ikut serta dalam perkembangan. Pengembangan wisata lokal menjadi salah satu potensi besar, namun keuntungan terbesar seringkali datang dari penjualan makanan, souvenir, dan produk lokal lainnya. Oleh karena itu, bisnis lokal seperti warung, minimarket, rumah produksi, hingga showroom menjadi bagian penting dalam menggerakkan ekonomi desa. Namun, untuk menjalankan bisnis tersebut, masyarakat memerlukan ilmu yang memadai terkait cara memulai dan mengelola usaha dengan baik.
Dalam memulai bisnis, berbagai faktor penting seperti modal, mitigasi risiko, tenaga ahli, dan mentor perlu diperhatikan. Tanpa perencanaan yang matang dan dukungan yang memadai, bantuan modal yang diterima seringkali tidak mampu berkembang secara maksimal, bahkan berpotensi gagal. Kesalahan dalam memilih jenis usaha yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar juga dapat membuat bisnis tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu ada kerjasama dan pemahaman bersama antara masyarakat, pemerintah desa, serta pihak-pihak terkait untuk memastikan bahwa usaha yang dipilih memiliki potensi jangka panjang dan berkelanjutan.
Selain itu, fokus dalam mengembangkan bisnis bukan hanya pada produksi, melainkan juga bagaimana memahami kebutuhan konsumen dan pasar. Banyak perusahaan besar global seperti Nike dan Adidas yang tidak memiliki pabrik sendiri, melainkan mereka fokus pada riset pasar dan data. Masyarakat lokal juga bisa belajar dari pendekatan ini dengan meneliti pasar dan kebutuhan konsumen terlebih dahulu sebelum memulai usaha. Dukungan dari perguruan tinggi dan lembaga pelatihan dalam membantu masyarakat menembus pasar menjadi penting agar bisnis lokal bisa berkembang dan bertahan lama.